Beranda | Artikel
Menyikapi Ketergelinciran Ulama
Rabu, 25 Juni 2014

800px-ISJabalMusa

oleh : Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah

Suatu saat Syaikh ditanya :

Apakah hukum syari’at bagi ketergelinciran seorang ulama; apakah dia mendapatkan hukuman atas hal itu ataukah kesalahan itu terkubur oleh lautan kebaikan-kebaikannya?

Beliau menjawab :

Apabila seorang ulama tersalah dalam perkara ijtihad, maka dia tetap mendapatkan pahala. Dan apabila dia benar maka dia mendapatkan dua pahala.

Seorang ulama apabila terjatuh dalam kesalahan tanpa sengaja berbuat kekeliruan namun semata-mata demi mencari kebenaran; hanya saja ketika itu dia terjatuh dalam kekeliruan maka orang semacam itu mendapatkan pahala. Dan tidak boleh merendahkan dirinya dengan sebab itu, atau menganggap hal itu sebagai aib/cacat baginya.

Bahkan apa yang dilakukan olehnya adalah suatu hal yang terpuji. Sebab mencari kebenaran serta berusaha sekuat tenaga untuk menemukannya yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas/kemampuan ilmiah maka hal ini adalah perkara yang terpuji, walaupun dia kemudian jatuh dalam kesalahan [tanpa sengaja].

Meskipun begitu, dia tidak boleh terus-menerus bersikukuh di atas kekeliruannya apabila telah jelas baginya kekeliruan itu. Sehingga apabila telah jelas baginya letak kebenaran maka wajib atasnya untuk rujuk kepadanya.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/menyikapi-ketergelinciran-ulama/